Jumat, 08 April 2011

TRADISI REOG DI BOYOLALI

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
TRADISI REOG DI BOYOLALI
Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah ilmu sosial dasar
Dosen pengampu :


Disusun Oleh
Surya Indra P
010110a116
Ilmu Keperawatan_B
Semester II


STIKES NGUDIWALUYO
UNGARAN 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan cerminan kehidupan manusia yang diwujudkan  dalam suatu karya, baik yang berwujud benda maupun yang berwujud tindakan. Kebudayaan yang berwujud benda misalnya candi, prasasti, naskah, pakaian, dan lain-lain. Dan yang berwujud tindakan seperti misalnya upacara tradisional, pertunjukan, tayub dan lain-lain.
Upacara tradisional merupakan kegiatan social yang dilaksanakan oleh warga untuk mencapai keselamatan. Upacara tersebut dilakukan secara turun temurun dan tidak pernah ditinggalkan meskipun jaman sudah berubah. Upacara tradisional memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat bagi pembinaan social budaya warga masyarakat pendukungnya. Hal ini disebabkan oleh salah satu fungsi dari upacara tradisional yaitu sebagai pengokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang berlaku. Norma-norma dan nilai-nilai budaya itu secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk upacara. Upacara tersebut dirasakan sebagai bagian integral dan akrab serta komunikatif dalam kehidupan kulturnya.
Warga dusun ampel masih melaksanakan upacara Seni Tradisi Lebaran “Reog Kubro”, yang dilaksanakan setiap bulan Syawal. Acara ini merupakan wujud syukur warga Pasutan yang telah diberi umur panjang dan merayakan hari raya Idul Fitri yang dilaksanakan di lapangan Pasutan. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti, sehingga kami memilih bab ini untuk dijadikan bahan untuk memenuhi salah tugas Folklor Jawa.
B. Tujuan Umum
Agar masyarakat indonesi terutama masyarakat ampel dapat lebih mengerti dan memahami pentingnya budaya asli indonesia yaitu reog menjadi suatu budaya yang di unggulkan disemua masyarakat indonesia dan semoga bisa sampai di kancah internasional.
C. Tujuan Khusus
            1. Mengerti pentingnya budaya asli
            2. Dapat melestarikan budaya reog itu sehingga tidak hilang
            3. dapat mengembangkan budaya reog
BAB II
PEMBAHASAN
“REOG KUBRO”
Daerah Ampel mempunyai banyak potensi budaya dan seni. Tak ayal, karena Daerah boyolali memang kaya akan kebudayaan warisan leluhur. Termasuk di Kabupaten Boyolali. Masyarakat Ampel secara turun temurun berpegang teguh kepada adat dan budaya jawa yang adiluhung.
            Penduduk asli Dusun Pasutan ini menuturkan bahwa dusunnya itu mempunyai banyak potensi dalam bidang seni tradisional. Antara lain seni ketoprak, wayang, seni karawitan, dan seni reog kubro. Akan tetapi, karena SDM yang terbatas tidak semua potensi tersebut dapat dikembangkan secara maksimal. Namun, beruntung sampai saat ini satu dari potensi-potensi tersebut masih dapat dilestarikan dengan optimal, hingga saat ini masih berkembang sangat baik, yaitu Reog Kubro. Hingga saat ini tradisi ini masih terus berlangsung setiap bulan Syawal.
Unsur kesenian ini menggabungkan unsur gerak tari dan irama musik sehingga tercipta tarian yang dinamis dengan iringan musik. Masyarakat Pasutan menamakan seni ini dengan Reog Kubro. Secara etimologi Reog Kubro berasal dari dua kata yaitu reog dan kubro. Reog merupakan nama suatu perguruan atau kelompok, sedangkan kubro berarti besar atau agung. Reog Kubro dimaksudkan sebagai sebuah perguruan yang agung. Yang mana di dalam komunitas tersebut terdapat prajurit bernama warog, yang artinya ksatria gagah berani. Warog ini digambarkan dengan penampilan luar seram secara fisik, berpakaian hitam, kepala berikatkan kain batik atau iket, berbewok, kumis lebat, muka merah dan dada penuh dengan bulu. Akan tetapi prajurit warog yang berwajah sera mini berhati baik.
Seni tradisi Reog Kubro merupakan tradisi turun temurun. Menurut narasumber 2, Sanjaya, Reog Kubro ini sudah ada sejak beliau masih kecil. Seni tradisi Reog Kubro diadakan setiap bulan syawal tiba. Biasanya di bulan Syawal ini mereka menggelar pentas di lapangan Pasutan, yakni pentas Reog Kubro. Sengaja pentas ini mereka selenggarakan di tempat terbuka agar masyarakat umum dapat menyaksikannya.
Sebelumnya, diadakan persiapan terlebih dahulu. Persiapannya meliputi gladen atau latihan yang dilaksanakan sejak jauh-jauh hari. Agar pada saat akan dipentaskan kemampuan para penari sudah benar-benar matang, karena Reog Kubro membutuhkan kekompakan anatar yang satu dengan yang lainnya. Pada saat hari H, selain kostum atau pakaian yang mereka kenakan, mereka juga mempersiapkan uborampe atau perlengkapan untuk persembahan. Atau yang sering kita sebut dengan sesaji. Sesaji terdiri dari ulam ingkung, nasi tumpeng, menyan, beberapa dupa, bunga, beras kuning, dan kelapa muda. Semua perlengkapan tersebut diletakkan di atas wadah yang berbentuk lingkaran, mereka menyebutnya tambir. Semua uborampe dibawa ke lokasi pentas, yakni lapangan Pasutan.
Pertama, gamelan atau musik pengiring dimainkan, mereka menyebutnya dengan muni, atau dalam arti bahasa Indonesia berarti bunyi, bahwa gamelan atau musik pengiring telah dibunyikan pertanda bahwa acara akan segera dimulai. Setelah itu para penari yang ± 22 orang ini memasuki lapangan, mereka membentuk lingkaran. Sedangkan di tengah-tengah lingkaran tersebut diletakkanlah satu rangkaian persembahan atau sesaji yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian, penyuwuk atau pawang memimpin ritual dengan membaca doa atau mantra-mantra tertentu. Persembahan ini disimbolkan sebagai kalimat doa agar acara yang mereka jalankan berjalan dengan lancer, dan sekaligus sebagai permohonan izin atas acara tersebut. Profesi persembahan yang dipimpin oleh penyuwuk itu berlangsung secara hikmat.
Setelah penyuwuk selesai membacakan doa, kemudian beras kuning dilempar-lemparkan kepada setiap penari, dan selanjutnya penari diberi air kelapa muda untuk diminum. Setelah penyuwuk keluar dari lingkaran para penari, barulah para penari menunjukkan atraksinya dengan mengadakan penghormatan terlebih dahulu. Kemudian para penari memulai Reog Kubro dengan diiringi gamelan. Biasanya, tarian yang mereka bawakan merupakan cerita pewayangan yaitu Ramayana.
Reog Kubro yang juga merupakan kesenian tradisional ini sangat menarik dan unik. Setiap tahun pada bulan Syawal lapangan Pasutan dipenuhi oleh masyarakat umum, bahkan pemudik serta para pengamat seni atau budaya. Tak ayal karena selain untuk melestarikan kebudayaan tradisional yang telah diwariskan oleh orang-orang terdahulu mereka, acara ini mereka selenggarakan dengan tujuan untuk menghibur masyarakat umum yang ingin merayakan hari raya Idul Fitri. Dan, juga sebagai wujud kebersamaan yang dituangkan dengan seni tradisi Reog Kubro. Bahkan, secara tidak langsung melalui acara ini pula mereka mempunyai wadah untuk berkreasi dan berkesenian.
Dewasa ini Reog Kubro kian berkembang di tangan generasi- generasi Pasutan. Dahulunya tradisi ini bernama Reog Cobro, dengan gerakan tarian yang berbeda dengan sekarang ini. Gerakan tari dalam Reog Kubro mengalami beberapa revisi sehingga menghasilkan tarian yang dinamis dan indah. Beberapa tahun lalu masyarakat Pasutan menghasilkan inovasi baru yang kemudian diberi nama Reog Wanoro Kubro, wanoro artinya kethek atau monyet, jadi Reog Wanoro Kubro merupakan sebuah kombinasi tarian antara  kethek dan buto. Pada barisan monyet dipimpin oleh Hanoman, dalam tarian ini terdapat peperangan antara monyet dan buto yang pada akhirnya dimenangkan oleh para monyet. Dengan terciptanya sebuah tarian baru ini, maka masyarakat Pasutan mempunyai dua kesenian yang patut dibanggakan. Praktis, hal tersebut juga menambah kekayaan kebudayaan tradisional bagi kampung Pasutan Kabupaten Boyolali pada umumnya.








BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Reog Kubro di Dusun Pasutan, Trirenggo, Bantul merupakan salah satu tradisi jawa yang sampai saat ini masih berlangsung di Kabupaten Boyolali. Karena Reog Kubro mengandung unsur-unsur folklore yaitu :
  1. Anonim
  2. Tradisional
  3. Turun – temurun
  4. Milik bersama
  5. Mempunyai fungsi

1 komentar:

  1. mau nanya mas, tulisan anda kok bagus.narasumbernya dari mana

    BalasHapus